Oleh : Sumitro, S.Pd.I, Pengawas LAZISMU Nganjuk
Mempelajari Islam secara menyeluruh adalah penting walau tidak secara detail.
Tujuannya adalah :
a. Agar menjadi pemeluk agama yang mantap
b. Untuk menumbuhkan sikap hormat bagi pemeluk agama lain
c. Untuk menghindari kesalah-pahaman timbulnya pandangan dan sikap negatif terhadap Islam.
Maka untuk mempelajari Islam secara benar adalah dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Keliru mempelajari Islam hanya mengenalnya dari sebagian Ulama dan pemeluk-pemeluknya yang sudah jauh dari bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Atau dari kitab-kitab Fiqih dan Tasawuf. Kalau hanya dengan jalan demikian, akan menjadi pemeluk yang singkritisme, hidup penuh dengan ketidak-murnian, ibadah dan kepercayaannya bercampur aduk.
2. Islam harus dipelajari secara integral (menyeluruh/totalitas), tidak parsial. Apalagi dipelajari secara sebagian saja, apalagi yang bukan pokok ajarannya, maka akan menjadi skiptis (ragu dan bimbang) yang nampaknya mengandung pertentangan (antagonisme), seperti 4 (empat) orang buta disuruh pegang seekor gajah :
1. Yang kebetulan pegang ekornya, ia mengatakan bahwa gajah itu panjang seperti cambuk
2. Yang pegang kakinya, ia mengatakan bahwa gajah tu seperti pohon kelapa
3. Yang ketepatan pegang telinganya, ia mengatakan bahwa gajah itu lembek dan lebar
4. Yang pegang perutnys, ia mengatakan bahwa gajah itu barang yang tergantung yang besar
3. Islam harus dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh Ulama besar, seperti Ibnu Taymiah dan sebagainya. Islam itu universal dan dapat diterima oleh segala macam tingkatan intelek manusia. Disana akan mudah ditemukan tentang kehidupan yang harmonis duniawi dan ukhrowi.
4. Kesalahan sementara, orang mempelajari Islam ialah dengan jalan mempelajari kenyataan umat Islam an sih, bukan Agama Islam yang dipelajari. Ketepatan orangnya mengalami keterbelakangan di bidang pendidikan, kebodohan, disintegrasi, kemiskinan dan sebagainya.
Jangan mempelajari Islam lewat literatur para orientalis. Mereka pada umumnya bukan orang Islam. Penuliasannya bukan tujuan suci, tetapi dengan dasar dengki dan hasud, sehingga banyak prinsip Islam yang dikaburkan. Seperti oleh DR. SNOUCK HORGRONYE 1857-1936, orang Belanda. Tahun 1885 bisa masuk Makkah dan tinggal di Jeddah dengan memakai nama ABDUL GAFFAR. Ia mengajar di Perguruan Tinggi di Leiden, yang mempersiapkan pegawai-pegawai untuk Indonesia.