ada tiga golongan manusia, anda posisi keberapa saat ini…

ada tiga golongan manusia, anda posisi keberapa saat ini...

Lazismunganjuk.org – Muhasabah atau Intropeksi diri merupakan salah satu tindakan wajib bagi seorang mukmin, karena dengan muhasabah berarti seseorang tersebut mengakui bahwa tak ada yang sempurna kecuali Allah SWT dan kita sebagai  manusia pun pasti punya salah yang harus setiap saat kita meminta ampunan dan memperbaiki.

Muhasabah ini juga merupakan suatu budaya yang biasanya dilakukan setiap akhir tahun, dimana akhir tahun waktu yang tepat untuk merenungi semua perbuatan kita selama setahun ini. Namun masih ada yang belum tahu tentang apa itu muhasabah dan bahkan ada yang menyepelekannya sehingga mereka tidak punya keinginan untuk memperbaiki diri

Menyepelekan introspeksi diri dalam segala hal, dapat menyebabkan kehancuran pada diri seseorang. Mengapa demikian? Pertama, karena orang seperti itu banyak mengikuti hawa nafsunya sehingga tertipu dengan kenikmatan dunia. Kedua, biasanya mereka menyandarkan diri kepada ampunan Allah saja, sehingga tidak lagi peduli untuk mengintrospeksi dirinya sendiri. Lalu bagaimana pandangan Islam yang benar dalam mengintrospeksi diri?

Pentingnya Bermuhasabah

Muhasabah berasal dari bahasa Arab yang artinya menghisab atau menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikkan dengan menilai diri sendiri. Dalam melakukan muhasabah, seorang Muslim menilai dirinya, apakah dirinya lebih banyak berbuat baik (beribadah) ataukah malah lebih banyak berbuat jahat (bermaksiat) dalam kehidupan sehari-hari. Dia mesti objektif melakukan penilaian, dengan menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai landasan utama untuk melakukan penilaian, bukan berdasar keinginan hawa nafsunya.

Idealnya seorang muslim melakukan muhasabah tiap hari. Menjelang tidur, kita mengevaluasi diri kita, apakah kita hari ini sudah melakukan banyak kebajikan atau kejahatan? Seberapa banyak kejahatan yang kita lakukan? Seberapa banyak kebaikan yang kita perbuat? Dan bukan sebagaimana anggapan orang pada saat ini yang mengatakan bahwa waktu yang paling tepat untuk mengintrospeksi perbuatan yang telah kita kerjakan hanya di akhir tahun atau pada saat adanya bencana. Taruhlah jika anggapan itu benar, maka bagaimana nasib orang yang ketika hidupnya belum sempat mendapatkan “akhir tahun”? 

Abdul Aziz bin Abi Rawwad menyatakan bahwa manusia ada 3 golongan:

1. Golongan beruntung, jika hari ini lebih baik dari hari kemarin. Maksudnya, amal perbuatannya hari ini lebih baik dari hari kemarin.

2. Golongan merugi, jika hari ini sama dengan hari kemarin. Dengan demikian, amal perbuatannya hari ini sama dengan hari kemarin.

3. Golongan celaka, jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Ini berarti, amal perbuatannya hari ini lebih sedikit atau dosa yang diperbuatnya lebih banyak dari hari kemarin.

Maka dimanakah kita diantara ketiga golongan tersebut?

Metode yang bagus untuk mengatasi kekuasaan nafsu amarah atas hati seorang mukmin adalah dengan selalu mengintrospeksi dirinya. Hal itu pun telah banyak disebutkan oleh para ulama, di antaranya, “Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia mengintrospeksi dirinya sendiri karena Allah. Sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah mengadakannya di dunia. Sebaliknya hisab akan berat bagi kaum yang menempuh urusan ini tanpa pernah berintrospeksi.” (Hasan al-Bashri)

Jadi benarlah adanya, bagi setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk tidak melupakan introspeksi kepada dirinya, kerena dari situ seseorang bisa mengetahui kinerjanya dalam beramal shaleh dan bermaksiat.

Semoga sobat LAZISMU semua termasuk orang yang beruntung sehingga bisa selalu menjadi pribadi yang lebih baik dari hari sekarang, dan tentunya bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain.

@guuruh